Universitas tak ubahnya kolase “habitat” dari “spesies” yang unik. Beragam kualifikasi terpelajar menyatu di dalamnya. Kampus juga tampil sebagai manajemen institusionalitas. Serat-serat administratif juga terajut dalam wadah birokratik nan prosedural. Tatkala behavior demikian dirasa kurang kondusif bagi tumbuh-kembang Universitas, apa yang mesti dilakukan?
Perlu sebuah mekanisme yang dapat mengatur dan menjabar-maknakan cita besar universitas, yang berpijak pada lokus independensi dan kebebasan. Untuk itulah, penyelenggaraan “administrasi universitas” perlu menyandarkan keragaman gaya intelektualnya berdasarkan prinsip kolaboratif. Barangkali, dalam nalar tersebutlah lah, Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dihadirkan di tengah-tengah pendidikan kita yang seakan haus dengan gairah kolaborasi.
Ia hadir tidak sekadar wacana semata, namun praktik baik bagi transfer dan diseminasi pengetahuan, khususnya untuk pendidikan tinggi yang saling bersinergi. Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini, secara faktual telah membawa perubahan yang signifikan di berbagai lini kehidupan. Pekerjaan dan habitus kita bekerja berubah, tidak sedikit lapangan pekerjaan hilang, sementara disisi lain berbagai jenis pekerjaan baru bermunculan.
Universitas Terbuka Jember, sebagai bagian dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, terus berkomitmen untuk mewujudkan dan menguatkan ekosistem Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, salah satunya dengan menggelar workshop merdeka belajar yang bertemakan “Peran Komunitas Belajar dalam Menyongsong Transformasi Digital” pada tanggal 18 September 2022. Forum pertemuan ini merupakan wadah yang baik bagi UT Jember dengan para guru dan mahasiswa yang hadir sebagai peserta workshop, dalam rangka mendiseminasikan arah positif kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Pada forum ini pula, momentum terjalinnya interaksi antara Universitas Terbuka dengan para mitra, stake holder, ikatan profesi dan juga masyarakat dapat teruntai dengan erat.
Hadir sebagai narasumber, Suratno S.Pd., M.M selaku Kepala Dinas Pendidikan Kab. Banyuwangi. Beliau menyampaikan bahwa arah pendidikan di era saat ini, mengharuskan sebuah lompatan berfikir serta penerapannya. Pada tingkatan mendasar, seperti di lingkungan pembelajaran PAUD dan SD, guru seyogianya tidak melulu berkutat pada sistem belajar yang administrative mindset, namun kreatif dan inovatif. Pada aspek perguruan tinggi, Direktur UT Jember, Dra. Barokah Widuroyekti, M.Pd menyampaikan bahwa nyawa dari apa yang disebut merdeka belajar, sudah mengakar kuat dalam operasionalisasi sistem akademik di UT melalui sistem PTTJ (Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh).
Sebagaimana kita ketahui, poin utama dalam nalar kampus merdeka adalah, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan mereka sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja. Tanpa disadari, nalar ini telah mengakar kuat dalam mekanisme operasional dan arah akademik Universitas Terbuka, sejak tiga puluh delapan tahun yang lalu melalui sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Fleksibilitas dan aksesibilitas dalam prinsip PTJJ, telah menjadi kunci bagaimana Universitas Terbuka mampu menjadi wadah masyarakat untuk bisa belajar sepanjang hayat.
Pasalnya, tidak sedikit mahasiswa Universitas Terbuka berasal dari mereka yang sudah bekerja, berprofesi wirausaha, maupun abdi Negara. Sistem pembelajaran jarak jauh yang menjadi kultur akademik di UT, telah secara konsisten menemukan relevansinya dalam perkembangan zaman. Mahasiswa tidak perlu jauh-jauh datang ke ruang kelas fisik untuk melakukan aktifitas pembelajaran. Pada semua tempat dan latar geografis, para mahasiswa bisa melakukan perkuliahan, dengan cukup mengaksesnya melalui gawainya masing-masing. Kultur akademik di UT juga telah mampu mencetak para lulusan yang siap menjadi abdi Negara. Sekitar 138.791 peserta yang lulus CPNS, 9.436 diantaranya merupakan alumni UT yang lulus tes CPNS di tahun 2019. Ini mencerminkan bagaimana kualitas kurikulum, bahan ajar, layanan bantuan belajar, serta kegiatan evaluasi belajar yang dirancang UT, telah memungkinan para lulusannya memperoleh pengalaman kuliah yang optimal sesuai dengan profil kualitas lulusan yang diharapkan.
Melalui payung kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, UT juga telah semakin dekat dengan mekanisme operasionalisasi universitas yang lebih otonom dan fleksibel, dengan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Tentunya hal ini semakin mengektifitaskan pemantapan kualitas UT di bidang akademik dan tata kelola perguruan tinggi.
Pada lain hal, guna mendukung penerapan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, UT telah dipercaya oleh pemerintah untuk mengkoordinasikan penerapan Indonesia Cyber Institute (ICE), dimana Rektor UT, Prof. Ojar Darojat, M.Bus., Ph.D didapuk sebagai Ketua Konsorsium ICE. ICE merupakan loka pasar digital atau pusat kuliah online yang terakreditasi oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang menyediakan beragam macam mata kuliah online dari berbagai perguruan tinggi dan penyedia pembelajaran daring di seluruh Indonesia.
Melalui ICE Institute, mahasiswa akan termudahkan dalam memilih kuliah online yang tepat untuk pengembangan karir di era industri 4.0. ICE Institue telah mampu menjadi supporting system dalam mendukung program keempat dari kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka tentang hak belajar tiga semester di luar program studi. Setidaknya terdapat 32 mitra yang telah bergabung, untuk bersama-sama membangun, mendukung ICE Institute tersebut.
Pada akhirnya, Universitas Terbuka telah hadir sebagai bagian dari Spirit Belajar Sepanjang Hayat, yang mampu menjadi wadah bagi masyarakat dan mahasiswa untuk memperkaya, meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata sesuai dengan passion dan cita-citanya. Universitas Terbuka juga telah hadir sebagai mata air bagi kemajuan dan pembangunan bangsa, dapat pula turut mewarnai budaya dan peradaban bangsa secara langsung. Semoga kita semua, para hadirin, kelak dapat menjadi pendidik, pengayom, dan pendengar yang mampu membawa semangat kolaboratif dan perubahan bagi Bangsa dan Negara.
Kita semua meyakini, bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan dan bisa terjadi di manapun, semesta belajar yang tak terbatas, tanpa harus di ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium, tetapi juga di desa, industri, tempat-tempat kerja, tempat-tempat pengabdian, pusat riset, maupun di masyarakat melalui ekosistem digital yang telah dikembangkan Universitas Terbuka. (FA)